Rabu, 05 Maret 2014

 JARINGAN KOMPUTER

Jaringan Komputer tersusun dari beberapa elemen dasar yang meliputi komponen hardware
dan software, yaitu :
1.
Komponen
Hardware
Adalah perangkat yang secara fisik dapat dilihat dan diraba, yang membentuk suatu
kesatuan, sehingga dapat membangun sebuah jaring
an komputer. Untuk dapat
membangun sebuah
jaringan komputer
,
ada beberapa perangkat keras jaringan komputer
yang harus diketahui seperti PC (personal computer), NIC, Kabel Jaringan, Ko
nektor,
Hub/Switch, dll. Berikut adalah beberapa contoh dari perangkat keras jaringan computer :
a.
Personal Computer (PC)
Komputer merupakan perangkat utama dari jaringan computer, karena komputer
merupakan pusat mengatur / mengelola komunikasi data pada jar
ingan komputer.
b. Network Interface Card (NIC)
Kartu Jaringan atau disebut dengan istilah NIC (
Network Interface Card
) atau
LAN CARD
atau
Etherned Card
. merupakan perangkat yang menyediakan media
untuk menghubungkan
antar komputer. Kebanyakan Kartu Jaringan berjenis kartu
internal, yaitu kartu jaringan yang di pasang pada slot ekspansi di dalam komputer.
Kartu jaringan ada di dalam komputer client dan komputer server agar dapat di
jalankan dalam jaringan. Kartu Jarin
gan memiliki dua fungsi utama , yaitu:
1.
Peranti yang menyambungkan kabel jaringan dengan komputer.
2.
Peranti yang menyediakan pengalamatan secara fisik. Artinya kartu jaringan
memiliki kode tertentu yang unik .

Gambar 2.2. Kartu Jaringan (NIC)
c.
Kabel
Kabel merupakan media transmisi data pada jaringan komputer, membangun jaringan
komputer (baik jaringan sederhana maupun besar) menggunakan berbagai tipe media
transmisi. Media transmisi dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu terarah
(guieded/w
ireline) atau menggunakan kabel atau tidak terarah (unguided/wireless)
atau nirkabel.
A.
Kabel UTP.
K
abel UTP ( Unshielded Twisted Pair ), secara Fisik terdiri atas empat pasang
kawat medium, setiap pasang di pisahkan oleh lapisan pelindung.
Gambar 2.3.
Kabel UTP
Kabel UTP mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
1.
Kecepatan dan keluaran 10
-
100 Mbps
2.
Biaya rata
-
rata per node murah.
3.
Media dan ukuran konektor kecil
4.
Panjang Kabel maksimal yang diizinkan yaitu 100 meter (pendek).
Kabel UTP mempunyai banyak keunggulan, selain itu mudah dipasang,
ukurannya kecil dan harganya lebih murah dibandingkan media lain. Kekurangan
kabel UTP yaitu rentan efek interferensi elektromagnetic yang berasal dari media
atau perangkat lainnya. Akan tet
api, pada prakteknya pada administrator jaringan
banyak menggunakan kabel ini sebagai media yang efektif dan dapat diandalkan.

Kabel UTP terdiri dari delapan Pin Warna (seperti gambar disamping). Dimana
terdapat dua tipe kabel yang umum, yaitu kabel
strai
ght
-
through
digunakan untuk
menghubungkan sebuah hub dgn switch dan kabel cross
-
over digunakan untuk
menghubungkan dua buah komputer secara peer to peet tanpa hub dan switch.
Gambar 2.4. Kabel UTP dengan 4 warna yang berpasangan
B.
Kabel Coaxcial
Kabel
koasial terdiri atas konduktur silindris melingkar yang mengelilingi sebuah
kabel tembaga inti yang konduktif. Kabel koaksial dapat di gunakan tanpa banyak
membutuhkan bantuan
repeater
sebagai penguat untuk komunikasi jarak jauh.
Gambar 2.5. Kabel Coaxc
ial dan konekstor BNC
Kabel koaksial memiliki ukuran beragam. Diameter yang besar memilik transmisi
panjang dan menolak noise. Nama Lain dari Kabel ini adalah "thicknet". Kabel ini
sangat popular untuk LAN karena memiliki bandwith yang lebar, sehingga dap
at
Anda gunakan untuk komunikasi broadband (multiple channel). Contoh kabel
koaksial dalam kehidupan sehari
-
hari yaitu: kabel tv, thin10Base5 yang biasanya
digunakan untuk kabel backbone pada instalasi jaringan antar gedung.
Kabel koaksial mempunyai beber
apa karakteristik, yaitu :
1.
Kecepatan dan keluaran 10
-
100 MBps
2.
Biaya Rata
-
rata per
node
murah
3.
Media dan ukuran konektor medium
4.
Panjang kabel maksimal yang di izinkan yaitu 500 meter (medium)
Jaringan dengan menggunakan kabel koaksial merupakan jaringan
dengan biaya
rendah, tetapi jangkauannya sangat terbatas dan keandalannya juga sangat
terbatas. Kabel koaksial pada umumnya digunakan pada topologi
bus
dan
ring
.

C.
Kabel Fiber Optick
Jenis kabel fiber optic merupakan kabel jaringan yang jarang digunakan pad
a
instalasi jaringan tingkat menengah ke bawah. Pada umumnya, kabel jenis ini
digunakan pada instalasi jaringan yang besar dan pada perusahaan multinasional
serta digunakan untuk antar lantai atau antar gedung.
Kabel fiber optic merupakan media networking
medium yang digunakan utk
transmisi
-
transmisi modulasi. Fiber Optic harganya lebih mahal di bandingkan
media lain.
Gambar 2.6. Kabel Fiber Optik
Beberapa keuntungan menggunakan kabel fiber optic , yaitu :
1.
Kecepatan jaringan fiber optic beroperasi pa
da kecepatan tinggi.
2.
Bandwith, Fiber optic mampu membawa paket
-
paket dengan kapasitas
besar.
3.
Distance yaitu sinyal
-
sinyal dapat di transmisikan lebih jauh tanpa
memerlukan perlakuan "refresh" atau "diperkuat"
4.
Kabel
-
kabel fiber optic membutuhkan biaya
alternatif murah
d.
Repeater
Berfungsi untuk menerima sinyal kemudian meneruskan kembali sinyal yang
diterima dengan kekuatan yang sama. Dengan adanya repeter, sinyal dari suatu
komputer dapat komputer lain yang letaknya berjauhan.
e.
Hub
Fungsinya sama
dengan repeater hanya hub terdiri dari beberapa port, sehingga hub
disebut juga multiport repeter. Repeater dan hub bekerja di physical layer sehingga
tidak mempunyai pengetahuan mengenai alamat yang dituju. Meskipun hub memiliki
beberapa port tetapi teta
p menggunaka metode broadcast dalam mengirimkan sinyal,
sehingga bila salah satu port sibuk maka port yang lain harus menunggu jika ingin
mengirimkan sinyal.

Gambar 2.7. Hub
f.
Bridge
Berfungsi seperti repeater atau hub tetapi lebih pintar karena bekerja p
ada lapisan
data link sehingga mempunyai kemampuan untuk menggunakan MAC address dalam
proses pengiriman frame ke alamat yang dituju.
Gambar 2.8. Bridge
g.
Switch
Fungsinya sama dengan bridge hanya switch terdiri dari beberapa port sehingga
switch disebut m
ultiport bridge. Dengan kemampuannya tersebut jika salah satu port
pada switch sibuk maka port
-
port lain masih tetap dapat berfungsi. Tetapi bridge dan
switch tidak dapat meneruskan paket IP yang ditujukan komputer lain yang secara
logic berbeda jaringan
Gambar 2.9. Switch
source: http://dosen.unived.ac.id/real/wp-content/uploads/sites/2/2013/03/Pertemuan-II.pdf

Kamis, 27 Februari 2014

Simple Plan



SIMPLE PLAN 

1999: Pembentukan Simple Plan

Pada tahun 1996, band Reset dibentuk oleh Pierre Bouvier, Chuck Comeau, Philippe Jolicoeur, dan Adrian White.[1] Reset melakukan tur di Kanada bersama MxPx, Ten Foot Pole, dan Face to Face, walaupun mereka tidak terlalu berhasil mendapatkan popularitas.[2] Album perdana mereka, No Worries, dirilis pada 1999. Tak lama, Chuck Comeau pergi dari band untuk masuk kuliah.[1] Dua tahun kemudian dia bertemu dengan teman-temannya semasa SMA, Jeff Stinco dan Sébastien Lefebvre, yang pada saat itu sedang berada di band mereka masing-masing, dan mereka berniat untuk bergabung membentuk band sendiri.[1] Sementara itu, Reset merilis Album kedua mereka, No Limits. Suatu hari, Comeau dan Bouvier bertemu kembali di konser Sugar Ray[2] dan Bouvier meninggalkan Reset untuk bergabung dengan Comeau. David Desrosiers lalu menggantikan posisi Bouvier di Reset, tetapi dia jga meninggalkan Reset enam bulan kemudian dan bergabung dengan Bouvier.[1][2] Hal ini membuat Bouvier dapat berkonsentrasi pada posisi vokal, setelah sebelumnya sempat merangkap mengisi posisi vokal sekaligus bass.
Asal nama Simple Plan tidaklah jelas. Ketika ditanya, para personel band sering memberikan jawaban berupa lelucon, termasuk salah satunya adalah karena mereka membentuk band sebagai sebuah "rencana dadakan" untuk menghindari bekerja di restoran cepat saji. Tapi bagaimanapun, kemungkinan paling besar, nama "Simple Plan" diambil dari judul film "A Simple Plan",[3][4] atau lagu karya Piebald berjudul "Just a Simple Plan".

2002: No Pads, No Helmets…Just Balls

Pada Maret 2002, Simple Plan merilis studio album pertama mereka, No Pads, No Helmets...Just Balls yang dilanjutkan denga dirilisnya singel: "I'm Just a Kid", "I'd Do Anything", "Addicted", dan "Perfect". Simple Plan tercatat mengatakan bahwa mereka menginginkan album yang murni pop-punk.[5] Judul album ini mengacu pada sebuah frasa populer dari olahraga rugby, "No pads, no helmets, just balls."
Album ini mula-mula dirilis di Amerika Serikat dengan isi dua belas lagu, dengan lagu terakhir "Perfect". Namun edisi bonus dan edisi luar negeri kemudian muncul dalam berbagai versi dengan tambahan dua lagu pada dua belas lagu asli. Sebagai contoh, di edisi Amerika terdapat lagu bonus "Grow Up", dan "My Christmas List", sementara edisi Inggris terdapat lagu "One By One" dan "American Jesus" (live, lagu oleh Bad Religion), termasuk bonus dua video klip "I'd Do Anything" dan "I'm Just a Kid".
Di album ini juga terdapat vokal dari penyanyi dari dua band pop-punk lain, seperti dalam "I'd Do Anything" terdapat vokal Mark Hoppus dari Blink-182, dan dalam "You Don't Mean Anything" terdapat vokal Joel Madden dari Good Charlotte.
Pada tahun 2002, tahun saat Simple Plan merilis album ini, Simple Plan tampil di lebih dari 300 pertunjukan, menduduki posisi puncak chart "Alternative New Artist", dan tampil pada tur Jepang dimana tiketnya terjual habis.[6] Pada 2003, mereka tampil sebagai salah satu band utama di Vans Warped Tour. Juga sebuah penampilam yang terekam dalam sebuah film komedi kritik, Punk Rock Holocaust, dimana empat dari mereka diceritakan terbunuh. Mereka juga tampil dalam Warped Tour tahun 2004 dan 2005. Juga di 2003, mereka menjadi aksi pembuka untuk tur "Try To Shut Me Up" milik Avril Lavigne.[6] Sebagai tambahan beberapa tur, mereka juga menjadi aksi pembuka untuk Green Day dan Good Charlotte.[6] Album ini terjual 1 juta copy hingga awal 2003 tetapi album ini telah terjual 4 juta copy di seluruh dunia, menjadikan album tersukses mereka secara komersial.

2004: Still Not Getting Any…

Pada Oktober 2004, Simple Plan merilis album kedua mereka yang berjudul Still Not Getting Any..., yang nantinya diikuti oleh singel "Welcome to My Life", "Shut Up!", "Untitled (How Could This Happen to Me?)", dan "Crazy".
Seperti disebutkan sebelumnya, ketika menulis materi album "No Pads, No Helmets…Just Balls", para personel Simple Plan menginginkan album yang murni pop-punk. Tetapi kali ini, dalam proses menulis album "Still Not Getting Any…", mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin membatasi diri mereka pada genre punk, tetapi agaknya membiarkan diri mereka untuk menulis "musik yang baik".[5]
Simple Plan tampil di Massachusetts pada Mei 2005.
Berdasarkan bonus DVD dari "Still Not Getting Any…", selama pembuatan album, para personel Simple Plan sempat memikirkan beberapa nama unutk album ini, seperti "Get Rich or Die Trying" dan "In The Zone". Mereka memilih nama "Still Not Getting Any…" (arti: Masih Tidak Bisa Mendapatkan … satupun) untuk beberapa alasan. Alasan yang paling terkenal dan kira-kira paling mewakili adalah karena mereka berpikir bahwa mereka belum mendapatkan penilaian yang bagus, Pierre Bouvier menambahkan bahwa mereka baru mendapatkan satu penilaian yang baik, yaitu dari Alternative Press. Alasan yang lain adalah bahwa saat itu mereka masih belum mendapatkan respek yang baik. Ada banyak lagi alasan yang diutarakan oleh mereka, karena kata apapun benar-benar dapat diletakkan di bagian elipsis pada judul tersebut. Chuck Comeau menambahkan bahwa nama album tersebut "serba guna".
Sementara itu , dari segi musik "Still Not Getting Any…" menunjukkan perubahan yang dramatis dari gaya bermain Simple Plan. Mereka masih dapat menjaga gaya mereka untuk tetap menggunakan lirik downbeat yang dipadu dengan musik upbeat, tetapi mereka berhasil untuk keluar dari standar genre pop-punk. Walaupun banyak lagu dari album ini yang masih membawakan perasaan labil seorang remaja seperti lagu "I'm Just a Kid" dari album mereka sebelumnya, secara umum album ini cenderung ke tema lirik yang lebih dalam dan lebih dewasa, termasuk juga suara musik yang terdengar sedikit lebih keluar dari gaya pop-punk murni. Beberapa penilaian profesional menekankan pada penyertaan elemen rock "klasik" dan "tendensi", mengatakan bahwa album ini "tidak menekankan pop-punk yang sangat aktif dalam tujuan membentuk rock modern yang dibentuk dengan rapi dan tidak basa-basi".[7]

2008: Simple Plan

Setelah sekitar satu setengah tahun dalam tur "Still Not Getting Any…", mereka mengakhiri tur tersebut pada Februari 2006, untuk kemudian mengambil waktu istirahat singkat sebelum memulai pekerjaan pada album ketiga mereka. Pierre Bouvier melalui situs blog MySpace resminya mengatakan bahwa ia sedang menuju Miami pada 21 Maret 2007 untuk bekerja dengan seorang produser yang saat itu belum diketahui siapa, yang kemudian diketahui adalah Dave Fortman. Simple Plan mulai memasuki studio untuk tahap pra-produksi di Los Angeles pada 29 Juni. Pada 15 Juli mereka kembali ke Montreal untuk merekam lagu mereka di Studio Piccolo, studio yang sama tempat mereka merekam "Still Not Getting Any…." Ketika mereka selesai merekam seluruh lagu, mereka kembai ke Miami untuk tahap mixing dan mastering. Beberapa sentuhan akhir pada album dilakukan di New York dan album mereka resmi selesai pada 21 Oktober 2007, walaupun kemudian mereka kembali ke studio untuk merekam ulangabeberapa lirik dalam lagu "Generation".
Simple Plan tampil dengan empat personel di Dubai pada 5 Desember 2008 karena ketidakhadiran David Desrosiers
"When I'm Gone", singel pertama dari album Simple Plan dirilis pada 29 Oktober 2007. Album Simple Plan diproduseri oleh Dave Fortman, yang terkenal atas kerjanya dengan Avril Lavigne dan Kelly Clarkson. Pada 17 Februari 2008, Simple Plan mendapatkan posisi chart tertinggi mereka di Inggris, setelah dua album sebelumnya gagal memasuki chart disana. Pada 29 November 2007, Simple Plan mengumumkan akan menunda tanggal rilis album dari sebelumnya 29 Januari 2008 menjadi tanggal 12 Februari 2008. Mereka juga merilis album dengan label "Japan version", dengan tambahan 2 lagu, yang dirilis seminggu lebih awal, yaitu pada 6 Februari 2008. Album ini adalah album yang paling gagal menuai sukses jika dibandingkan dengan seluruh album mereka.[8]
Setelah menyelesaikan tur promosional internasional mereka, Simple Plan tampil pada beberapa acara liburan pada Desember 2007. Pada 1 Juli 2008, mereka membuat konser gratis di Quebec City, Plains of Abraham, menarik 150.000 penonton ke acara Canada Day.[9] Setelah kemabali dari Asia tengah dan timur pada akhir Juli, mereka kembali pada tur ke seluruh Kanada[10] bersama dengan Faber Drive dan Cute is What We Aim For.[11] Metro Station dan The All-American Rejects sebenarnya dijadwalkan untuk ambil bagian dalam tur tersebut, namun dibatalkan karena suatu hal. Mereka kembali pada tur penuh Eropa kedua mereka pada 28 Oktober hingga 29 November, dengan Estonia dan Polandia untuk pertama kalinya. Simple Plan juga tampil di Tel Aviv dan Dubai pada awal Desember, dimana pada konser ini mereka tampil dengan empat personel mengikuti absennya bassist David Desrosiers karena masalah keluarga dan digantikan sementara oleh Sébastien Lefebvre untuk mengisi posisi bass.

2011: Get Your Heart On!

Simple Plan merilis album keempat mereka yang berjudul Get Your Heart On! pada 21 Juni 2011. Album ini diproduseri oleh Brian Howes.[12][13] Album mereka kali ini adalah kali kedua mereka berkolaborasi dengan artis lain sejak album No Pads, No Helmets...Just Balls bersama Mark Hoppus (Blink-182) dan Joel Madden (Good Charlotte). Pada album ini, mereka berkolaborasi dengan Rivers Cuomo (Weezer), Natasha Bedingfield, K'naan dan Alex Gaskarth (All Time Low).[14] Pada 20 April mereka mengumumkan bahwa "Jet Lag" akan menjadi singel pertama dari album ini. Lagu tersebut dirilis dalam versi Inggris dan Perancis dimana Simple Plan berkolaborasi dengan Natasha Bedingfield dan Marie-Mai pada masing-masing lagu.[15] Untuk mempromosilan lagu tersebut, sebuah layanan bernama "JetLag Airlines" dibuat di situs web mereka, berisi berita, lirik, daftar lagu, dan video terkait album keempat mereka. "Jet Lag" diputar perdana pada 25 April, sementara video musiknya dirilis pada 4 Mei bersama Natasha Bedingfield dan 16 Mei bersama Marie-Mai.

Personil

source: http://id.wikipedia.org/wiki/Simple_Plan

Chris Martin Biography

 Chris Martin

 Early life and education

Chris Martin was born in Whitestone, Exeter, Devon, England, and is the eldest of five children. His father, Anthony Martin, is a retired accountant, and his mother, Alison Martin, is a music teacher.[2][3]
Martin was educated at the pre-preparatory Hylton School and the preparatory Exeter Cathedral School, where he formed his first band. Their debut performance was met with boos from the crowd.[4] After Exeter Cathedral School, Martin boarded at Sherborne School, a boys' independent school in Dorset and where he met future Coldplay manager Phil Harvey.[5] Also, at Sherborne School, he co-created a band called Bunga, that lasted for 2 years, with Guitarists Ben Laidlow, Simon Clark; Bass player Gavin Reece-Smith; and Drummer Ralph Cree.
Martin continued his studies at University College London, staying at Ramsay Hall, where he read Ancient World Studies and graduated with first-class honours degree in Greek and Latin.[3][6] Here, he also met future Coldplay bandmates Jonny Buckland, Will Champion and Guy Berryman.[7]

Recording career

Coldplay

While studying at University College London, Martin met Jonny Buckland with whom he decided to form a band, with Martin on lead vocals and Buckland as lead guitarist. They were joined by Guy Berryman as their bass player and Will Champion, who learnt how to play drums in order to serve as the drummer for the band. In 1996, they formed the rock band Coldplay, originally known as Pectoralz, later changed to Starfish temporarily until finally they were offered the name Coldplay by another band who did not want it anymore.
One of the earliest songs played by the band that exists today is known as Ode to Deodorant. The song was written as a joke between university friends and was also put on the demo of the band along with the song Brothers & Sisters. Coldplay then proceeded to sign a deal with a record company and released their first EP Safety, which over performed the expectations of the record company and the band.
Since the release of their first album Parachutes in 2000 the band has had internationally recognized fame and success. Since then, they have released five studio albums in total along with several EP's, including A Rush of Blood to the Head, Live 2003, X&Y, Viva la Vida or Death and All His Friends, Prospekt's March, LeftRightLeftRightLeft, Mylo Xyloto and Live 2012.

Solo work


Martin sitting at his piano for a 2005 concert
As a solo artist, Martin has written songs for a variety of acts including Embrace ("Gravity") and Jamelia ("See It in a Boy's Eyes", co-written with Coldplay producer Rik Simpson). Martin has also collaborated with Ron Sexsmith, Faultline when he sang on two haunting Faultline tracks: 'Where is My Boy?' and 'Your Love Means Everything Part2.', The Streets, and Ian McCulloch. He also sang a part of the vocals for the Band Aid 20 single, "Do They Know It's Christmas?" at the end of 2004. In 2005, Martin collaborated with Nelly Furtado on the track "All Good Things (Come to an End)", for her 2006 album, Loose. The two were once rumoured to be a couple, after they both performed at Glastonbury in 2002. Furtado joked about the situation, saying that "Yeah, he's my boyfriend – he just doesn't know it yet".[8]
Martin's fascination with hip hop was shown in mid-2006 when he collaborated with rapper Jay-Z for the rapper's comeback album Kingdom Come after the two met earlier in the year. Martin put some chords together for a song known as "Beach Chair" and sent them to Jay-Z who enlisted the help of hip hop producer Dr. Dre to mix it (contrary to popular opinion it was Coldplay producer Rik Simpson and not Dre who conceived and performed the drum beats). The song was performed on 27 September 2006 by the two during Jay-Z's European tour at Royal Albert Hall. In 2007, Martin appeared on a track titled "Part of the Plan" for Swizz Beatz' debut solo album One Man Band Man. Martin has also worked on a solo collaboration with Kanye West, with whom he shared an impromptu jam session during a 2006 concert at Abbey Road Studios.[9] He performed the chorus of "Homecoming", from Kanye West's album Graduation.

Influences

Martin's and Coldplay's main influence is the Scottish rock band Travis, with Martin crediting the band for the creation of his own group.[10] U2 has been another important influence on Martin both musically and politically,[11] on whom he wrote for Rolling Stone magazine's "100 Greatest Artists of All Time",[12] in the section on U2, saying: "I don't buy weekend tickets to Ireland and hang out in front of their gates, but U2 are the only band whose entire catalogue I know by heart. The first song on The Unforgettable Fire, "A Sort of Homecoming", I know backward and forward – it's so rousing, brilliant, and beautiful. It's one of the first songs I played to my unborn baby." Martin also comments on Bono's effect on his own charity and political involvement he is even known to joke with friends referring to himself as "Crono".[11]
Martin is very vocal about his love for Norwegian new wave/Synthpop band a-ha. In 2005 he stated the following in an interview: "I found myself in Amsterdam the other day and I put a-ha's first record on. I just remembered how much I loved it. It's incredible songwriting. Everyone asks what inspired us, what we've been trying to steal from and what we listened to as we were growing up – the first band I ever loved was a-ha."[13] Martin has also performed live together with Magne Furuholmen of a-ha. In November 2011, he stated that "back when we didn't have any hits of our own we used to play a-ha songs."[14]
He is also known to be a fan of artists such as English alternative rock bands Oasis and Muse,[15] Irish pop group Westlife,[16] British pop groups Girls Aloud[17][18] and Take That,[19] and Canadian indie rock band Arcade Fire. Solo artists Martin likes include Noel Gallagher, Johnny Cash, Bob Dylan, Hank Williams, David Bowie, Paul McCartney and Peter Gabriel.[15]
Coldplay performed R.E.M.'s "Nightswimming" with Michael Stipe during their Austin City Limits performance in 2005, as a part of the Twisted Logic Tour. Martin went on to call "Nightswimming" "the greatest song ever written".[20] He has called Richard Ashcroft, formerly of The Verve, "the best singer in the world".[21]

Other endeavours


Martin playing "Trouble" on his piano during a concert in Brazil, February 2007
Martin and Coldplay guitarist Jonny Buckland made cameo appearances in the film Shaun of the Dead as supporters of the fictional charity ZombAid.[22] Martin has a second cameo in this film as a Zombie.[22] In 2006 Martin had a cameo role in the second series episode four of the Ricky Gervais and Stephen Merchant created comedy Extras. He also appears singing in the closing credits of the 2009 film Brüno alongside Bono, Sting, Slash, Snoop Dogg, and Elton John.[23] Martin also played one gig with the "Sid James Experience".
Martin has been particularly outspoken on issues of fair trade and has campaigned for Oxfam's Make Trade Fair campaign. He travelled to Ghana and Haiti to meet farmers and view the effects of unfair trade practices.[24] When performing he usually has variations of "Make Trade Fair", "MTF" or an equal sign written on the back of his left hand and the letters "MTF" can be seen emblazoned on his piano.[25]
He was a vocal critic of President George W. Bush and the war in Iraq. Martin was a strong supporter of Democratic presidential nominee John Kerry, most notably during his acceptance speech for the 2004 Grammy Awards Record of the Year, accepting for "Clocks". Martin also supported the Democratic Party candidate for President in 2008, giving a shout-out to Barack Obama at the end of a performance of "Yellow" on 25 October 2008 episode of Saturday Night Live.[26]
On 1 April 2006, The Guardian reported that Martin was backing the British Conservative Party leader David Cameron and had written a new theme song for the party titled "Talk to David".[27][28] This was later revealed to be an April Fool's joke. Whilst touring Australia in March 2009, Martin and the rest of Coldplay were the opening act at the Sound Relief benefit concert at the Sydney Cricket Ground in Sydney, for the bushfires and floods in Victoria and Queensland.
Martin appeared in a video for the "Robin Hood Tax" campaign, which proposes a tax on stock trades in the United States.[29] This tax is aimed at levelling the field between the so-called "1% and 99%".
On 12 December 2012, Martin performed as a part of the "12 12 12 Concert" which was held as a fundraiser for Hurricane Sandy relief. He performed "Viva La Vida", the R.E.M. song "Losing My Religion" (with the former R.E.M. singer Michael Stipe),and "Us Against the World". Other performers in the show included Bruce Springsteen, Roger Waters, Bon Jovi, Eric Clapton, The Rolling Stones, Alicia Keys, The Who, Kanye West, Billy Joel, and Paul McCartney.[30]

Personal life

Martin is married to Gwyneth Paltrow. The couple met in 2002 while the band was touring after their second album A Rush Of Blood To The Head was released. They began dating after Martin helped Paltrow deal with her father's death, with the songs Fix You and "Swallowed in the Sea" being written by Martin for Paltrow. The couple announced Paltrow's pregnancy and proceeded to get married on 5 December 2003,[31] a quiet ceremony in the absence of all their friends and family.
Their daughter, Apple Blythe Alison Martin, was born in May 2004 in London.[32] Martin and the band released a song "I am your baby's daddy" under the name "The Nappies" in anticipation of the birth of Apple. The band's song Speed of Sound was also inspired by Martin's experience and awe at becoming a father. Their second child, Moses Bruce Anthony Martin, was born in April 2006 in New York City.[33] Moses's name was inspired by a song Moses that Martin wrote for Paltrow. Simon Pegg and Martin's bandmate Jonny Buckland are Apple's godfathers, and in exchange Martin is the godfather to Pegg's daughter.[34][35] Martin is a longtime friend of Pegg, having met him in 2001, and appears in one of Pegg's movies, Shaun of the Dead,[22] along with Buckland.
Martin does not smoke cigarettes but he does force himself to drink vodka when he behaves "like an idiot".[36][37] PETA named him the World's Sexiest Vegetarian in 2005.[38]
Martin was raised as a Catholic but has since lapsed. In a 2005 Rolling Stone magazine interview, Martin said of his religious views: "I definitely believe in God. How can you look at anything and not be overwhelmed by the miraculousness of it?"[39] In the same interview he spoke of going through a period of spiritual confusion, stating "I went through a weird patch, starting when I was about sixteen to twenty-two, of getting God, religion, superstition, judgement all confused".[39] In a 2008 interview he said, "I'm always trying to work out what 'He' or 'She' is. I don't know if it's Allah or Jesus or Mohammed or Zeus. But I'd go for Zeus."[40] Following the interview, he released a text message declaring himself an "all-theist", a word of his invention meaning that he believes in "everything".[40]
Martin often suffers from insomnia and has undergone sleep therapy.[41] He has said in interviews that ideas for songs most often come to him at night, and that he also often has nightmares.[41]
Martin is a supporter of the Liberal Democrats, a centre-left political party.[42]

source:http://en.wikipedia.org/wiki/Chris_Martin